Friday, March 22, 2013

Buddha Picture Kelahiran Bodhisatta Di Lumbini . Satu Orang



Buddha Picture  Kelahiran Bodhisatta Di Lumbini 




buka dan baca pelan2 pasti ada guna dan manfaat silahkan coba, untuk menambah uang jajan tiap bulan

4. Kelahiran Bodhisatta Di Lumbini

Tatkala usia kehamilannya sudah mencapai sepuluh bulan, Ratu Mahamaya merasa ingin mengunjungi Devadaha, kota tempat tinggal para kerabat istananya. Sudah menjadi kebiasaan di India pada zaman itu bagi seorang istri untuk melahirkan di rumah ayahnya sendiri. Ia meminta ijin kepada Raja Suddhodana dengan berkata: "O Raja Agung, saya ingin pergi ke Devadaha, kota tempat tinggal ayah saya. Bayi saya sudah menjelang lahir." Raja menyetujuinya dan berkata: "Baiklah, aku akan membuat persiapan yang memadai untuk perjalananmu."

Raja memerintahkan para prajurit pengiring kerajaan untuk membersihkan, memperbaiki, dan menghiasi jalan-jalan dari Kapilavatthu sampai Devadaha dengan bendera-bendera dan panji-panji. Ia lalu memerintahkan agar ratu didudukkan di dalam tandu emas baru yang dipanggul oleh para pelayan istana dan diiringi oleh para pengawal dalam jumlah besar. Demikianlah, ratu diberangkatkan oleh raja menuju Devadaha dengan suasana yang megah dan agung.

Saat itu, arakan kerajaan tersebut tengah melewati sebuah hutan pohon sala (Shorea robusta) untuk wisata, yang disebut Taman Lumbini, yang terletak antara Kapilavatthu dan Devadaha. Taman ini dikunjungi rakyat dari kedua kerajaan untuk bertamasya. Selama musim panas itu, setiap pohon sala dalam taman itu tengah berbunga di dahan-dahannya.

Kumpulan lebah madu lima warna beterbangan mendengung di antara bunga-bunga pepohonan sala itu. Pelbagai jenis burung mengicaukan melodi nan indah. Semerbak bunga sala bertebaran ke segala penjuru taman, seolah mengundang setiap orang untuk datang dan menikmati keelokannya. Semua itu menjadikan keseluruhan taman bagai Taman Cittalata milik Sakka, raja para dewa.

Tatkala tandu itu melewati taman tersebut, Ratu Mahamaya menyaksikan keindahannya dan merasa ingin beristirahat dan menghibur diri sejenak di bawah naungan pepohonan sala yang rindang itu. Turun dari tandu emasnya, ia berjalan-jalan di taman tersebut. Di bawah sebatang pohon sala yang tengah berbunga lebat, ia menjulurkan tangan kanannya untuk menggapai salah satu dahan pohon itu. Terjadilah sebuah mukjizat yang sangat mengejutkan banyak orang karena dahan lurus tersebut menekuk ke bawah dengan sendirinyabagaikan tangkai tebu sampai akhirnya mencapai telapak tangan sang ratu. Pada saat itu pula ia tiba-tiba merasakan sakit jelang melahirkan. Para pelayannya buru-buru menutupi tempat itu dengan tirai, lalu menarik diri. Demikianlah, sembari berpegangan pada dahan pohon sala tersebut, ia melahirkan bayi laki-laki dalam posisi berdiri. Kejadian itu terjadi pada hari bulan purnama bulan Vesakha, tahun 623 SM.

Dua sumber mata air murni , hangat dan dingin, tercurah turun dari langit sebagai tanda Penghormatan, dan membasahi tubuh Bodhisatta dan ibunda-Nya yang memang murni dan bersih adanya.

Kemudian, Bodhisatta berdiri dengan kukuh, memandang ke sepuluh penjuru, menyadari tiada satu makhluk pun yang lebih luhur dari-Nya. Setelah itu, ia menghadap ke utara dan berjalan maju tujuh langkah. Bunga teratai muncul dari tanah di bawah setiap jejak telapak kaki-Nya.

Bodhisatta berhenti pada langkah ketujuh, mengangkat tangan kanan di atas kepala-Nya, dan dengan lantang Ia berseru:

"Aggo' ham asmi lokassa!
Jettho' ham asmi lokassa!
Settho' ham asmi lokassa!
Ayam antima jati!
Natthi dani punabbhavo!"

"Akulah yang terluhur di dunia ini!
Akulah yang teragung di dunia ini!
Akulah yang termulia di dunia ini!
Inilah kelahiran-Ku yang terakhir!
Tak akan ada lagi kelahiran kembali bagi-Ku!"

Bersamaan dengan kelahiran Bodhisatta, terlahir pula tujuh makhluk lainnya, yaitu: Putri Yasodhara (istri-Nya kelak dan ibunda dari Rahula), Pangeran Ananda, kusir-Nya Channa, Menteri Kaludayi, kuda istana-Nya Kanthaka, pohon bodhi, dan empat jambangan harta (Nidhikumbhi).

Setelah bayi laki-laki itu lahir, Ratu Mahamaya dan Bodhisatta kembali ke Kapilavatthu. Mendengar kabar baik itu, Raja Suddhodana merasa sangat bahagia. Bersama segenap warga Kapilavatthu, ia menyambut sang pangeran baru dengan sukacita besar.


sumber: buku Kronologi Hidup Buddha
oleh Bhikkhu Kusaladhamma

=================================

Bagi yang berminat gabung di page Buddha Picture,
silahkan klik link di bawah ini:
http://www.facebook.com/BuddhaPicture


Buddha Picture   . Satu Orang






8. Satu Orang

Para bhikkhu, ada satu orang yang kemunculannya di dunia ini adalah demi kesejahteraan semua makhluk, demi kebahagiaan amat banyak makhluk, yang datang karena kasih sayang kepada dunia, untuk kebaikan, kesejahteraan serta kebahagiaan pada dewa dan manusia. Siapakah satu orang itu? Beliau adalah Sang Tathagata, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang itu.

Para bhikkhu, ada satu orang yang unik, yang muncul di dunia ini, tanpa teman, tanpa pasangan, tidak dapat dibandingkan, tidak dapat disamakan, tidak dapat disetarakan, tidak tertandingi, yang terbaik di antara manusia. Siapakah satu orang itu? Beliau adalah Sang Tathagata, Sang Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang itu.

Para bhikkhu, manifestasi satu orang merupakan manifestasi visi yang besar, sinar yang agung, kecemerlangan yang luar biasa; manifestasi ini merupakan manifestasi enam hal yang tiada bandingnya; realisasi empat pengetahuan analitis; penembusan berbagai elemen, beragam elemen; manifestasi ini merupakan realisasi buah dari pengetahuan dan pembebasan; realisasi dari buah-buah pemasuk-arus, yang-kembali-sekali-lagi, yang-tidak-kembali-lagi, dan arahat. Siapakah satu orang itu? Beliau adalah Sang Tathagata, Arahat, Yang Telah Sepenuhnya Tercerahkan. Inilah satu orang itu
(I, xiii; 1, 5, 6)
 —


















No comments:

Post a Comment