Tuesday, October 16, 2012

Fa Suhardi Soetedja:KITA DIPILIH ALLAH SECARA UNIK AGAR MENJADI KUDUS



Fa Suhardi Soetedja
KITA DIPILIH ALLAH SECARA UNIK
AGAR MENJADI KUDUS
\


KITA DIPILIH ALLAH SECARA UNIK AGAR MENJADI KUDUS

“Oleh rahmat Allah kamu telah diselamatkan oleh jalan iman. Ini bukannya hasil usaha kamu, melainkan karunia Allah” (Ef 2:8). Diri ini bukan “angkatan yang jahat” (Luk 11:29); karena “dikasihi Allah” dan “telah dipanggil untuk menjadi kudus” agar “Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus memberikan kepadamu rahmat dan damai” (Rm 1:6-7). Tuhan ta
hu segala tindakan – pikiran, perkataan, perbuatan – yang diri ini lakukan (Mzm 139:3-6); dan satu persatu – dipanggil dan dipilih secara unik oleh kasih Allah, untuk tinggal di dalam kasih-Nya (Yoh 15:9). Orangtua menegur sejauh hal itu perlu, “tetapi, Allah menegur kita demi kebaikan kita sendiri, supaya kita dapat beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibr 12:10). “Terimalah Roh Kudus” (Yoh 20:22); dan jadilah kudus karena Allah adalah kudus (1Ptr 1:16). Keraguan terhadap panggilan sebagai orang pilihan-Nya akan sirna bila orang mengasihi Yesus dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan (Luk 10:27). Oleh keteguhan itulah, Yesus “akan mengutus Roh kebenaran yang berasal dari Bapa”, “Penolong” kita dalam memikul salib dan melayani keluarga atau saudara seiman yang lemah (Yoh 15:26). Sebagai Sang Pencipta, Tuhan akan memanggil, tahu, dan mengasihi diri ini lewat nama kita masing-masing (Yes 43:1). Setiap helai rambut di kepala ini sudah dihitung (Mat 10:30); dan tetesan airmata pun dikumpulkan-Nya (Mzm 56:9). “Tidak ada ciptaan yang tersembunyi di hadapan-Nya; segala sesuatu terbuka dan telanjang di hadapan mata-Nya. Kepada-Nya kita harus memberikan pertanggung jawaban” (Ibr 4:13). Terpujilah Kristus!
 



PENGHARAPAN ANAK TUHAN ADALAH HIDUP KEKAL

“Mereka yang percaya kepada Allah tidak pernah dikalahkan” (1Mak 2:61); “mendapat kekuatan baru” (Yes 40:31); dan “tidak akan dipermalukan” (Yes 49:23). Sedang, kesedihan dan kekecewaan (Mrk 10:22); mendatangkan keputusasaan. Tuhan bersabda: “Berbahagialah mereka yang percaya meskipun tidak melihat” (Yoh 20:29). “Sebab kita hidup menurut iman, bukan menur
ut penglihatan” (2Kor 5:7). “Iman adalah cara untuk berpegang teguh pada apa yang kita harapkan, karena yakin akan apa yang tidak kelihatan kepada kita” (Ibr 11:1). “Maka kami tidak lagi memperhatikan hal-hal yang kelihatan, tetapi hal-hal yang tidak kelihatan, sebab hal-hal yang kelihatan hanya bertahan untuk sesaat, sedang yang tidak kelihatan akan kekal” (2Kor 4:18). Itulah sebabnya, kita memilih untuk selalu bersukacita dalam Tuhan (Flp 4:4); karena Dia tidak meninggalkan orang yang selalu berharap kepada-Nya (Sir 2:10). Allah akan menegakkan kepala (Mzm 3:4); mendorong diri ini untuk tetap berharap kepada-Nya (Sir 17:19); dan memberi kita “suatu hidup yang penuh pengharapan” (1Ptr 1:3); karena bagi Allah tidak ada yang mustahil (Mrk 10:27). Mari tinggalkan “cara hidup yang lama” (Ef 4:22); dan “kenakanlah Yesus Kristus” (Rm 13:14). Sebagai milik Kristus, diri ini harus “menyalibkan daging dan segala keinginannya” (Gal 5:24); agar “lapar dan haus akan kebenaran” (Mat 5:6); sehingga perhatian tertuju “pada kerajaan dan kebenaran Allah” (Mat 6:33); yang menciptakan kerinduan (Luk 22:15); untuk ikut merayakan Ekaristi setiap hari (Luk 22:19). Berharaplah selalu dan “percaya kepada Allah-mu” (Hos 12:7). Terpujilah Kristus!
 

SANTO GERARDUS MAJELLA


SANTO GERARDUS MAJELLA
















SANTO GERARDUS DARI MAJELLA: BRUDER TAK BERGUNA

Si bungsu dari lima bersaudara anak pasutri Dominic dan Benedetta Galella Majella ini lahir pada 6 April 1726 di dusun bernama Muro Lucano, Napoli, Italia. Tuhan ternyata memakai dia jadi pelindung ibu hamil untuk mengingatkan manusia agar menghormati dan menghargai kehidupan mulai sejak dari dalam kandungan dan tidak seenaknya membunuh darah daging sendiri lewat aborsi, alat KB, dan teknik kedokteran lainnya. Sejak usia lima tahun, kesalehan Gerardus terlihat dari kebiasaan berdoa di kapel dekat rumah. Karena curiga melihat sepotong roti selalu berada dalam genggaman tatkala kembali ke rumah, sang ibu menugaskan saudarinya Elizabeth membuntuti. Elizabeth takjub melihat kanak-kanak Yesus yang berada di dalam dekapan Bunda Maria turun bermain dengan Gerardus. Setelah itu, Ia memberi sepotong roti dan kembali ke dalam pelukan bunda-Nya. Ketika berusia tujuh tahun, Gerardus merengek kepada pastor untuk memberikan Tubuh Kristus. Kesedihan itu terobati oleh kehadiran Santo Mikael yang memberikan tubuh Kristus untuk disantapnya ketika dia sedang doa malam hendak tidur.

Sang ayah wafat ketika dia berusia 12 tahun dan terpaksa berhenti sekolah dan ikut mencari nafkah sebagai pembantu tukang jahit, rekan seprofesi bapaknya, yang ringan tangan. Gerardus tidak menangis, menggerutu, atau berhenti. Sebab, ketika sang majikan memukul, yang terlihat oleh dirinya adalah tangan Tuhan. Itulah sebabnya, ia hanya tersenyum. Dari upah yang tak seberapa itu, Gerardus tak pernah lupa disisihkan untuk memuliakan Allah. Ketika Uskup Lacedonia sedang memulihkan kesehatan di Muro, Gerardus ikut melayani dengan upah yang lebih baik. Upah yang jauh lebih besar itu, oleh Gerardus, menjadi berkat bagi sesamanya yang miskin dan terlantar. Selain, sisa waktunya tetap diabdikan bagi gereja. Tanpa sengaja, Gerardus menjatuhkan kunci rumah ke dalam subur. Pelayan yang melihat memarahi habis-habisan. Di dalam keputus-asaan, Gerardus lari ke kapel dan kembali ke sumur dengan menggendong patung Kanak-Kanak Yesus, yang kemudian diikatkan pada timba dan diturunkan ke dalam sumur. Ketika timba diangkat, kunci melekat erat pada tangan Kanak-Kanak Yesus.


Kedekatan batin dengan Tuhan sejak dari kecil membuat Gerardus bercita-cita jadi imam. Kesehatannya yang kurang baik membuat tiga tarekat menolak. Ketika para imam Redepmtoris (CSsR) berada di Muro, Gerardus kembali mendaftar dan lagi-lagi ditolak. Pemimpin rombongan, Pater Paulus Cafaro, meminta ibu Gerardus agar anaknya dijaga agar tidak bisa ke luar rumah pada saat rombongan Muro. Nasihat diikuti dengan mengunci Gerardus di dalam kamar. Keesokan hari, sang ibu hanya menemukan secarik kertas dengan tulisan: “Saya pergi untuk menjadi orang kudus.” Gerardus menyusul dan terus memohon agar diterima. Cafaro lalu meminta Gerardus membawa surat untuk diserahkan kepada Rektor Redemptoris di Iliceto. Di dalam surat, Cafaro hanya menulis: “Saya mengirimkan kepada Pater seorang bruder yang tidak berguna.” Tetapi kehendak Tuhan lain. Pada tahun 1749, di usia 23 tahun, Gerardus diterima menjadi bagian dari keluarga Redemptoris. Bruder tak berguna membuktikan ketaatan, ketekunan, dan kebesaran jiwanya. Dengan tulus, dia mau mengerjakan pekerjaan beberapa orang sekaligus karena merasa dirinya jauh lebih muda. Kesalehannya menonjol sehingga bisa membaca pikiran meski orang tidak berkata sepatah katapun. Para senior dan pimpinannya kagum akan hal itu. Sebab, belum terucap, Gerardus langsung menegaskan lewat kata-kata.

Di dalam biara, Geradus ditugaskan menjadi penjaga pintu, sebagai koster, merawat rekan yang sakit, dan menjahit pakaian penghuni biara. Tiga tahun berikutnya, ia mulai terkenal luas karena kelimpahan karunia Tuhan. Dia dapat membaca kehidupan orang, berada di dua tempat pada saat yang sama (bilokasi), menolong banyak orang dengan kuasa menakjubkan, dan berbicara dengan binatang. Dirinya pernah terangkat dan terbang sampai sejauh setengah mil ketika sedang berdoa. Gerardus menjadi pembimbing rohani beberapa biara, diangkat sebagai penasehat rohani para rohaniwan, bekerja di biara Napoli dan Caposele serta sering mendampingi para misionaris dalam perjalanan misi. Dia beberapa kali menyembuhkan orang sakit secara ajaib. Hari dan jam kematiannya diketahui pasti jauh sebelum terjadi. Sayang, Gerardus harus segera kembali kepada Tuhan. Pada usia 29 tahun, tepatnya 15 Oktober 1755 dini hari di biara Caposele, Italia, ia menghembuskan napas terakhir. Pada 29 Januari 1893 ia dinyatakan sebagai beato oleh Paus Leo XIII dan dinyatakan santo oleh Paus Pius X pada tanggal 11 Desember 1904.



Bila dirinya dinyatakan sebagai santo pelindung bagi ibu hamil dan gerakan pecinta kehidupan, itu berhubungan dengan peristiwa ketika Gerardus masih hidup. Suatu ketika, saputangan Gerardus terjatuh di kursi ketika sedang bertandang di rumah salah seorang sahabat, keluarga Pirofalo. Ketika salah seorang anak perempuan sahabatnya memungut dan menyerahkan, Gerardus meminta untuk disimpan agar berguna pada suatu hari kelak. Beberapa tahun kemudian, anak perempuan yang kemudian menikah itu mengalami kesulitan dalam proses persalinan. Di tengah doanya, ia teringat kepada saputangan Gerardus dan meminta untuk diambilkan. Begitu menerima, saputangan diusapkan pada bagian atas perut. Seketika itu juga, proses persalinan berjalan lancar dengan melahirkan bayi yang sehat. Saputangan ajaib itu pun berpindah-pindah tangan dari satu ibu hamil ke ibu hamil yang lain pada waktu hendak melahirkan. Relikui yang sudah banyak menolong ibu hamil itu, pada waktu Gerardus dinyatakan sebagai santo, tersisa tinggal secarik kecil saja. Salah satu kata-katanya yang meneguhkan adalah: “Siapakah kecuali Allah yang dapat memberi kedamaian? Apakah dunia bisa memenuhi hati kita?





MARI JAGA KEBERSIHAN JIWA RAGA SETURUT KEHENDAK ALLAH


MARI JAGA KEBERSIHAN JIWA RAGA SETURUT KEHENDAK ALLAH

Oleh kebaikan Allah, manusia memiliki pesona diri (Rm 1:20; Keb 13:5). Sayangnya, orang berani “menukarkan kebenaran Allah dengan dusta” dengan “menyembah ciptaan dan bukan Pencipta, yang harus dimuliakan selama-lamanya” (Rm 1:25); yang ditegaskan Tuhan: “Kamu membersihkan bagian luar dari cangkir dan piring, tetapi bagian dalam dari dirimu pe
nuh keserakahan dan kejahatan” (Luk 11:39). Tengok saja, para pemuja berhala dunia – materi, penampilan, dan lainnya -- sehingga memaksakan diri agar bisa seperti itu meski menciptakan “rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat, dan kefasikan” (Rm 1:29). “Mereka menukarkan kemuliaan Allah yang kekal” dengan “yang fana” (Rm 1:23). Dunia lalu menghibur dengan ungkapan: “Kebersihan bukan sekadar sekitar kita dan fisik saja, tetapi harus dilanjutkan dengan membersihkan yang ada di dalam tubuh.” Ungkapan ini bukan kebenaran sebab Tuhan telah bersabda: “Bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? (Luk 11:40). Orang tak mungkin membersihkan dosa tanpa menerima rahmat pengampunan Tuhan agar jiwanya dibasuh oleh “darah Anak Domba” (Why 7:14). Apakah diri ini sudah “cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu” (Ef 5:27); bila harus menghadap Allah? Jangan menghukum diri sendiri dengan dosa dan kesesatan (Tit 3:11). Selidikilah dirimu!” (2Kor 13:5); dan bertobatlah agar “menjadi bersih” (Luk 11:41); dan berpegang pada sabda-Nya untuk “selamanya” (Mzm 119:44). Terpujilah Kristus!